Phobia / Fobia merupakan salah satu masalah psikologis yang mudah dikenali dikalangan masyarakat. Fobia dapat digambarkan sebagai suatu ketakutan yang berlebihan.
*Artikel ini merupakan hasil analisa dari pengalaman therapy secara professional oleh Juli Sugianto CHt.
Secara alamiah setiap mahluk hidup pasti memiliki sifat takut terhadap sesuatu, tetapi jika ketakutan tersebut melampaui batas-batas kecendrungan normal, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut menderita fobia.
Penderita fobia dapat dikenali dengan munculnya symptom-symptom psikologis yang tidak dapat dikendalikan, seperti histeris, sesak napas, dsb.
Secara garis besar fobia dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
- Ketakutan terhadap suatu situasi dan Kondisi, contoh : keramaian, tempat sempit, tempat gelap,dll
- Ketakutan terhadap suatu objek, contoh : binatang, darah, benda tajam, karakter, dll.
Apakah kecemasan termasuk dalam phobia?
Umumnya kecemasan tidak dapat dimasukan dalam kategori fobia, karena kecemasan dan fobia memiliki karakteristik yang berbeda.
Kecemasan (Anxiety) muncul karena membayangkan suatu hal buruk di masa depan, sedangkan fobia terlihat jelas ketika seseorang berhadapan langsung dengan yang ditakutinya akan muncul reaksi-reaksi yang berlebihan.
Contoh : Kecemasan muncul ketika takut gagal dalam ujian akhir, hal ini tidak masuk dalam kategori fobia, karena jika phobia maka ia tidak akan berani untuk ikut ujian.
Tetapi jika kecemasan tersebut menimbulkan beberbagai gejala-gejala yang tidak dapat diatasi/ dikendalikan , maka kecemasan tersebut dapat dikategorikan sebagai phobia.
Apa saja symptom yang dimaksud?
Symptom yang muncul dan tidak dapat dikendalikan secara sadar, contoh:
- Nafas sesak
- Keringat dingin
- Jantung berdebar cepat, bahkan sampai pingsan,
- dsb.
Bagaimana Phobia itu bisa terbentuk?
Phobia bisa terbentuk secara induktif dan empiris.
Induktif : suatu pengalaman yang tidak dialami secara langsung, mungkin dari cerita orang lain, atau melihat orang lain mengalami phobia dan kemudian tercetak ke pikiran bawah sadar.
Contoh : Orang tua yang memiliki phobia terhadap ular/tikus, memiliki kemungkinan besar bahwa anaknya memiliki phobia yang sama.
Empiris : pengalaman yang dialami secara pribadi.
Contoh: Seseorang yang pernah jatuh dari tempat yang tinggi, sehingga dia trauma. Dan setiap kali dia berada pada tempat yang dianggap tinggi maka muncul symptom-symptom tersebut.
Bagaimana Hypnotherapy membantu menangani kasus phobia / Fobia ?
Fobia umumnya terjadi karena suatu kejadian traumatis dan hal ini menandakan bahwa kejadian tersebut meninggalkan masalah emosional yang belum teratasi atau yang lebih dikenal “Repressed Memory”. Dalam beberapa permodelan pikiran manusia “Repressed Memory” ini terletak pada Subconscious Mind / Pikiran Bawah Sadar.
Perlu diketahui Pikiran bawah sadar menguasai sekitar +- 80% dari perilaku manusia, sehingga dapat dimaklumi jika penderita fobia walaupun dia tahu bahwa ketakutannya itu berlebihan tetapi tidak dapat dikendalikan juga.
Jika Masalah emosional ini diatasi hanya pada pikiran sadar, umumnya masalah tersebut akan memunculkan fobia itu kembali atau bahkan menciptakan fobia baru.
Oleh karena Hypnotherapy dapat digunakan untuk menggali / memprogram ulang masalah emosional tersebut pada pikiran bawah sadar. Ketika pikiran bawah sadar sudah terprogram dengan baik, maka hasilnya akan sangat efektif. Dan diharapkan mendapatkan hasil yang permanent.